Rencana Lamaran Meru
Dengan setelan yang sudah sama-sama rapi, Januar dan Biara keluar dari unit apartemen bersama. Mereka langsung mengetuk pintu kediaman Meru yang benar-benar besebelahan dengan unit Januar. “Bisa-bisanya beneran sebelahan banget kayak gini di gedung yang selalu full booked?”
“Janu’s magic power,” balas Januar.
Tak lama dari itu, pintu unit dibuka dari dalam oleh pemiliknya. Walau biasanya, Meru akan berteriak dari dalam dan menyuruh Januar untuk langsung masuk saja dan jangan manja. Tapi, kali ini, Meru menjaga sikapnya karena ada Biara alias sahabat seseorang yang ia cintai. Ia jelas harus menjaga sikapnya, agar tidak mendapat penolakan dari lakon penting di hidup Kaia.
“Yuk, masuk.”
“Kok agak beda, ya, kalau cuma gua yang ngetuk pintu biasanya — ”
Meru melotot. “Masuk, Salé.”
Sembari mengerjakan layout Gleon, Meru mulai bertanya, “Beez, Kaia hari ini kerja, ya?”
Biara mengangguk. “Iya, Kak. Dari siang sampai agak malem biasanya,” jawab Biara seadanya. Jujur, ia tidak tahu.
“Oh, iya? Kaia belum bangun atau udah?”
Mampus.
Meskipun itu adalah sekadar pertanyaan basa-basi, Januar sadar pertanyaan itu membuat Biara sedikit kebingungan. Ia segera mengalihkan topik pembicaraan, “Mau salé, dong, Nung.”
“Oh, iya, tadi ngomongin yang penting tuh apa?” tanya Januar lagi.
Meru mengarahkan kepalanya ke arah timur. “Ambil aja. Di tempat biasanya.”
Meru lalu meninggalkan laptop-nya terbuka, ia mendudukkan dirinya di hadapan Biara dan Januar yang sudah kembali dari lemari tempat Meru menyimpan makanan ringannya dengan setoples pisang salé. “Beez, cobain, deh. Enak banget,” ucap Januar sebelum ia akhirnya duduk di sebelah wanita itu.
“Kalau kalian kutawarin jadi sekretaris, mau nggak?” Meru membuka ‘topik serius’ yang ia bicarakan di chat-nya dengan Januar tadi.
“Hah? Buat apa?” tanya Januar, yang kemudian menyuapkan olahan pisang kesayangannya ke dalam mulutnya.
“Aku mau. Nggak ada kerjaan soalnya, hehe.”
Januar membulatkan matanya. “Nggak ada kerjaan? Heh? Yang bener aja? Kamu kerja, gambar, nulis, baca. Itu namanya nggak ada kerjaan?”
“Ya udah, gua mau juga. Asal nggak aneh-aneh.”
“Jan, kok lu tau kalau Beez ngegambar?”
Semalem gua deeptalk sama dia.
Untung saja Januar punya alasan. “Oh, waktu ditawarin terbit dia ada nanya soal ilustrasi mau gambar sendiri gitu.”
Mau ke baby shower-nya Kak Ames!