Breaths Out

Maro Fitzye
2 min readNov 28, 2023

--

MENGOBROL dengan sosok yang tidak pernah dikiranya membuat Haeril sedikit lebih tenang sekarang, setidaknya setelah ia mendengar bahwa tidak mungkin Maira menjauhinya hanya karena Haeril memanggilnya ‘Sayang’ di depan tukang bubur beberapa waktu lalu. “Jadi, nggak mungkin karena dia gue panggil gitu, ya, Bang?”

Dengan senyum kecil, Jonah mengaduk-aduk mie gorengnya yang masih mengeluarkan asap, seraya tergelak pelan. “Ya nggak mungkin, lah.”

Setelah mendengar jawabannya, Haeril merasa lega dan menghela napasnya dengan perasaan lega. “Untunglah kalau gitu.”

“Terus, lo bisa mikir ada salah apa lagi?” tanya Jonah sebelum ia melahap suapan pertama dari mie gorengnya dengan lahap.

Tidak memiliki pikiran apa-apa lagi selain itu membuat Haeril mengangguk pelan.

Jonah meletakkan garpu yang sedang ia pegang di atas piring, matanya memusat saat ia memandang Haeril dengan cermat. “Gak ada?”

“Kemungkinan besar, nggak ada,” jawab Haeril pasti.

Bukannya melanjutkan memberi rasa lega, Jonah kini malah berucap, “Tapi kalau begitu berarti lo harus lebih concern, Ril. Soalnya Mai nggak jauhin orang gitu aja.”

“Lah, katanya Abang juga dijauhin?” tanya Haeril dengan nada aneh.

Jonah menunjukkan ponselnya yang menerima notifikasi pesan dari Maira dengan wajah bangga. “Udah enggak. Dia udah chat gue, sih.”

Haeril yang melihat Jonah pamer memutar matanya sembari berdecak, menunjukkan rasa iri karena ingin mendapat notifikasi dari orang yang sama. Namun, ia kemudian terkekeh pelan. Meskipun ternyata Maira tidak menjauhi Jonah seperti perempuan itu menjauhinya, ia tetap lega karena tidak merasa begitu tersesat lagi dalam kebingungan sekarang.

“Pengin juga, ya, dapet notif dari adek gue?”

“Nyebelin lu, kampret.”

--

--

No responses yet